Ini yang beberapa minggu terakhir gw rasain. Sepertinya gw mengalami pre-wedding syndrom. Yap!! Biasanya pre wedding syndrom itu berkaitan dengan diri kita sendiri.
Pertama, kita yang mulai cenderung untuk berfikir "is he the one?" dan yang kedua, stress memikirkan perfect wedding.
Yang gw rasakan adalah yang kedua. Gw merasa makin sensitive dengan semua keadaan di sekitar gw, dan menurut cami, gw mulai “senang” berprasangka sama orang lain (yang belum tentu benar). Entah kenapa gw begitu yakin kalo ini adalah dampak gw terlalu "depresi" mikirin hari pernikahan gw.
Gak di rumah, gak di kantor, gak di mana2, bawaannya emosi terus. Gak cuma gampang marah doank, tapi gw juga jadi gampang nangis.
Pertama, kita yang mulai cenderung untuk berfikir "is he the one?" dan yang kedua, stress memikirkan perfect wedding.
Yang gw rasakan adalah yang kedua. Gw merasa makin sensitive dengan semua keadaan di sekitar gw, dan menurut cami, gw mulai “senang” berprasangka sama orang lain (yang belum tentu benar). Entah kenapa gw begitu yakin kalo ini adalah dampak gw terlalu "depresi" mikirin hari pernikahan gw.
Gak di rumah, gak di kantor, gak di mana2, bawaannya emosi terus. Gak cuma gampang marah doank, tapi gw juga jadi gampang nangis.
Well, mungkin ada gangguan juga dalam syaraf2 yang ada dalam otak gw. Seorang teman kasih tips ke gw, “jangan pikirin masalah yang membuat kamu marah, tapi fokus ajah sama rasa ‘marah’ kamu ituh. Setelah itu ya sudah, selesai…” Keliatannya simple ya, tapi waaa…susahnya bow!!!
Sejauh ini, yang gw lakukan adalah tarik nafas dalem2 lewat idung, trus gw kluarin pelan2. Hmm...cukup membantu sih, tapi kalo otak gw balik "hang" lagi, jadi emosi lagi.